This study aimed to analyze communication network of PMU P2KP information dissemination and communication roles in BKM Wonua Morini at Anggalomelai sub-District, Abeli District, Kendari City. Mixed method conducted in this study.The used analysis tool was communication network analysis by method of NEGOPY and pair comparative analysis by Suryabrata to determined opinion leaderss role.The results showed that dissemination of PMU P2KP information by KSMs as a communication network, it’s following the typology of interlocking and radial networks through important roles in the communication network such as bridges, liaision, cosmopolitan and opinion leaderss. These roles chosen by the community with regard to social status, education, and occupation. Opinion leaderss roles as a communicator, facilitator, and mediator were more expected by KSM members than other roles.
Keywords:
communication, networks, roles, opinion leaderss
PENGANTAR
Program
penanggulangan kemiskinan perkotaan (P2KP) adalah program pemberdayaan
masyarakat yang menekankan penguatan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal. Di
Kota Kendari, PMU P2KP dilaksanakan di 45 kelurahan yang tersebar di enam
kecamatan sejak tahun 2006, (Anonim, 2005). Salahsatu kelurahan sasaran adalah Kelurahan Anggalomelai
Kecamatan Abeli yang memiliki jumlah kepala keluarga miskin yang tinggi, yaitu
262 KK miskin dari 423 KK yang ada.
Pelaksanaan program diberikan dalam bentuk bantuan dana
yang dikelola secara mandiri oleh
masyarakat sesuai dengan peruntukan yang telah disepakati bersama. Salah
satunya adalah bantuan langsung mandiri berupa pinjaman modal usaha (PMU), merupakan
dana bergulir yang harus dikembalikan oleh masyarakat yang diharapkan dapat
menjadi dana abadi. Penyaluran pinjaman dilakukan melalui Badan Keswadayaan
Masyarakat (BKM) yang kemudian di salurkan ke sejumlah Kelompok Swadaya
Masyarakat (KSM) yang berada di lingkup BKM tersebut.
KSM merupakan kelembagaan masyarakat di tingkat lokal yang
anggotanya terdiri dari orang-orang yang memiliki permasalahan, kebutuhan dan
tujuan yang sama. Sebagai sebuah kelompok, KSM juga merupakan simpul jaringan
komunikasi yang riil dalam kelembagaan masyarakat. Dengan peran sebagai wadah
komunikasi dan perjuangan kepentingan, pembentukan KSM diharapkan dapat
membantu menghindarkan salah sasaran dalam program PMU.
Berdasarkan uraian
tersebut di atas maka penulis perlu mengkaji tentang jaringan komunikasi dalam
penyebaran informasi PMU P2KP. Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah
mengetahui struktur jaringan komunikasi, tipologi jaringan, peran-peran dalam
jaringan, dan status sosial ekonomi individu yang memiliki peran di dalam
jaringan komunikasi penyebaran informasi PMU P2KP.
Kenyataannya,
pelaksanaan P2KP masih mengalami hambatan. Kondisi masyarakat masih menunjukkan
rentan terhadap kemiskinan. Selama ini, kelembagaan masyarakat belum dapat
mandiri dengan membentuk jaringan komunikasi yang baik dengan anggotanya maupun
pemerintah setempat. Program-program P2KP secara keseluruhan belum memberikan
manfaat dan tidak berdimensi panjang bahkan menurut Anggraeni (2006), program
pengembangan ekonomi dapat dikatakan gagal di
Kecamatan Abeli. Hal ini dapat dicermati dari masih tingginya jumlah KK miskin
yang ada.
Widarti (2008) menyatakan meskipun adanya kenyataan
bahwa kepastian hukum, sosial ekonomi masyarakat dan program yang diberikan
dapat menguatkan lembaga masyarakat, namun dikhawatirkan ini tidak berdimensi
berkelanjutan. Keberlanjutan program hanya dapat dicapai dengan penguatan
kelembagaan yang salah satunya berupaya membangun jaringan ke dalam dan ke luar
lembaga dan fasilitasi. Dengan demikian perlu adanya kajian mengenai jaringan
komunikasi penyebaran informasi PMU P2KP pada BKM Wonua Morini Kota Kendari.
METODOLOGI
Lokasi penelitian adalah BKM Wonua
Morini Kelurahan Anggalomelai Kecamatan Abeli Kota Kendari, ditentukan secara
purposive dengan pertimbangan bahwa Kelurahan Anggalomelai merupakan
salah satu kelurahan yang memiliki KK miskin dengan jumlah yang besar, dan telah menerima bantuan PMU P2KP.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode gabungan
dengan merujuk salah satu metode penggabungan Tashakkori
and Teddlie (1998), yaitu menggunakan metode kuantitatif untuk
mengembangkan penelitian kualitatif. Data primer berupa pasangan komunikasi dan
sosial ekonomi, yang dikumpulkan dengan cara wawancara, observasi, dan wawancara
mendalam. Responden penelitian adalah anggota KSM yang menerima bantuan PMU
dengan jumlah responden 56 orang dari 10 KSM, informan terdiri dari aparat
pemerintah kelurahan, pengurus BKM, dan fasilitator.
Analisis data dipergunakan dalam penelitian adalah metode
NEGOPY dari William Richards untuk menganalisis struktur jaringan komunikasi
(Rogers and Kincaid, 1981), dan analisis perbandingan pasangan dari Suryabrata
(1999) yang merupakan model skala untuk perangsang dalam menentukan peran-peran
opinion leaders.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
1.
Struktur Jaringan Komunikasi PMU P2KP BKM Wonua Morini
a.
Indeks Struktur Jaringan Komunikasi KSM Anggota
Indeks struktur jaringan komunikasi KSM menentukan ragam
struktur dan bentuk hubungan yang terjadi dalam jaringan komunikasi maupun antar jaringan komunikasi dalam Pogram
PMU P2KP. Oleh karena itu indeks yang diukur adalah clique connectedness average atau rerata keterhubungan KSM, clique
cohesiveness degree atau tingkat kohesivitas KSM, clique connectedness degree atau tingkat keterhubungan antar KSM, clique openness degree atau tingkat
keterbukaan KSM, dan clique integration
degree atau tingkat integrasi KSM.
Tabel 1 menunjukkan
bahwa hampir semua KSM memiliki rerata
keterhubungan antar anggota yang kuat dalam satu KSM, hanya KSM Tunas
Harapan yang memiliki rata-rata keterhubungan yang lemah. Sementara
keterhubungan antar anggota dalam dua KSM lainnya sangat kuat. KSM dengan
rerata keterhubungan anggota yang kuat mengindikasikan bahwa semua atau
sebagian besar anggota KSM-nya saling terhubung satu sama lain dalam jaringan
komunikasi penyebaran informasi PMU P2KP.
Tabel 1. Indeks
struktur jaringan komunikasi PMU P2KP
KSM
|
Rerata keterhubungan
|
Tingkat Kohesifitas
|
Tingkat Keterhubungan
|
Tingkat Keterbukaan
|
Tingkat Integrasi
|
Pola
|
|
Timun
|
0,73
|
0,36
|
0,009
|
0,19
|
0,28
|
Radial
|
|
Bunga Flamboyan
|
1,00
|
0,85
|
0,036
|
0,48
|
0,85
|
Interlocking
|
|
Melati Mekar
|
0,73
|
0,60
|
0,021
|
0,31
|
0,45
|
Radial
|
|
Delima
|
0,93
|
0,50
|
0,009
|
0,28
|
0,38
|
Radial
|
|
Usaha Bersama
|
0,70
|
0,45
|
0,000
|
0,33
|
0,45
|
Radial
|
|
Melati
|
0,60
|
0,43
|
0,000
|
0,42
|
0,33
|
Radial
|
|
Mekarsari
|
0,73
|
0,70
|
0,015
|
0,22
|
0,53
|
Interlocking
|
|
Tunas Harapan
|
0,53
|
0,30
|
0,003
|
0,50
|
0,23
|
Radial
|
|
Baru Mandiri
|
1,00
|
0,65
|
0,004
|
0,33
|
0,65
|
Interlocking
|
|
Manggis Manis
|
0,80
|
0,40
|
0,000
|
0,30
|
0,40
|
Radial
|
|
Catatan:
|
·
Indeks mendekati angka 1 menunjukkan rerata keterhubungan yang
semakin kuat, tingkat kohesifitas semakin kuat, tingkat keterhubungan semakin
luas, tingkat keterbukaan semakin
tinggi, dan tingkat integrasi semakin tinggi.
·
Tingkat integritas mendekati 1 memiliki pola interlocking
|
||||||
Sumber: Hasil olah data pasangan komunikasi
dengan metode NEGOPY
Tingkat kohesivitas
KSM yang tinggi hanya ditunjukkan oleh 40% dari jumlah KSM-KSM, sebaliknya
lebih dari separuh jumlah KSM yang ada memiliki tingkat kohesivitas rendah, hal
ini menunjukkan ketidakkompakan dalam KSM tersebut dalam menyebarkan informasi.
Sementara, KSM yang menunjukkan kohesivitas yang tinggi, memiliki anggota yang
mempunyai hubungan komunikasi timbal balik dengan anggota lainnya dalam satu
KSM. Sehingga jaringan komunikasi yang terjadi antara anggota sangat padu dalam
menyebarkan informasi program PMU P2KP.
Tidak satupun dari
KSM-KSM dalam jaringan komunikasi dan penyebaran informasi PMU P2KP memiliki keterhubungan
yang luas dengan KSM-KSM lainnya. Hal ini dapat dicermati dari indeks derajat
keterhubungan antar KSM yang sangat rendah, bahkan terdapat KSM yang tidak
memiliki hubungan sama sekali dengan KSM lainnya. Terkait dengan penyebaran
informasi kepada KSM lain, ditemukan
kenyataan bahwa antara anggota satu KSM
dengan KSM lainnya sangat jarang terjadi penyebaran dan pertukaran informasi. Ketua
KSM masing-masing lebih sering menjadi sumber informasi dan melakukan sharing informasi dengan sesama anggota
dalam KSM yang sama. Meskipun demikian KSM-KSM seperti Flamboyan, Melati Mekar,
dan Mekarsari memiliki keterhubungan antar KSM yang lebih luas, ketiga KSM ini
sering berbagi informasi dengan KSM yang lain walau intensitasnya rendah.
Tingkat keterbukaan KSM terhadap penyebaran informasi program
PMU P2KP dari luar semuanya rendah. Meskipun beberapa KSM terindikasi
kosmopolit, melakukan hubungan dengan sumber-sumber informasi di luar jaringan
KSM dan BKM, namun hanya terbuka pada beberapa sumber informasi saja dan hanya
pada beberapa anggota KSM saja, sehingga tingkat keterbukaan KSM-nya tidak
cukup tinggi. Beberapa KSM seperti Tunas Harapan, Bunga Flamboyan, Melati
Mekar, dan Melati umumnya memiliki tingkat keterbukaan antar KSM yang rata-rata
lebih tinggi daripada KSM lainnya. Namun pada KSM Tunas Harapan dan Melati,
keterbukaan ini disebabkan oleh minimnya informasi yang di dapatkan dari sesama
anggota KSM.
Tingkat integrasi anggota KSM dalam menyebarkan informasi
program PMU P2KP umumnya rendah, hanya empat KSM yang memiliki tingkat integrasi
tinggi. Hal ini didorong oleh keinginan yang sangat besar dari setiap anggota
KSM untuk mendapatkan manfaat dari program, dengan turut serta menyebarkan
informasi, baik di minta maupun tidak oleh anggota lainnya dalam KSM.
Dari observasi dan hasil penelitian menunjukkan bahwa KSM-KSM
yang berhasil dan dapat mengembangkan usaha dengan PMU adalah KSM yang memiliki
tingkat kohesivitas yang kuat, tingkat keterhubungan yang luas, tingkat keterbukaan yang tinggi, dan tingkat
integrasi yang tinggi. Keberhasilan ini disebabkan oleh kemampuan
anggota-anggota KSM untuk melakukan sharing informasi PMU tidak saja kepada
sesama anggota satu KSM tapi juga dengan KSM lainnya, pengurus BKM, dan aparat
kelurahan. Hal ini mendorong peningkatan pengetahuan dan pemahaman anggota KSM
dalam memanfaatkan dana PMU dengan baik.
b.
Tipologi Jaringan Komunikasi KSM Anggota
Terbentuknya KSM sebagai simpul komunikasi dalam program PMU P2KP sedikit berbeda dengan klik pada jaringan
komunikasi umumnya. Dalam Program PMU, sama seperti program-program
pemberdayaan lainnya, klik terbentuk dengan sengaja disebabkan oleh stimulus
yang diberikan untuk membangun sebuah ikatan jaringan yang dipengaruhi oleh
adanya kebutuhan dan permasalahan yang sama. Sementara pada jaringan komunikasi
umumnya, klik terbentuk dengan alami mengikuti alur penyebaran informasi dan
didasarkan pada ketertarikan individu pada informasi tersebut (Rogers and
Kinckaid (1981); Setiawan (1989b)).
Setiap klik atau KSM memiliki tipologi jaringan yang
berbeda-beda mengikuti pola komunikasi anggotanya. Mengacu pada tipologi
jaringan komunikasi Devito (1997), hanya teridentifikasi dua tipe jaringan dari
lima tipe, yaitu jaringan tipe bintang dan
tipe lingkaran. Jaringan tipe bintang terbagi atas tipe bintang sempurna
dan tidak sempurna. KSM dengan jaringan tipe bintang sempurna adalah KSM-KSM Bunga Flamboyan, Mekarsari, dan Baru
Mandiri. Anggota ketiga KSM ini mempunyai
kemampuan yang sama untuk menyerap dan menyebar informasi ke sesama anggota
KSM, namun otoritas informasi teridentifikasi,
setiap anggota berkomunikasi dan saling terhubung. Sementara pada
jaringan tipe bintang tidak sempurna,
meskipun ada kemungkinan untuk menyerap dan menyebarkan informasi, tetapi tidak
semua anggota saling berkomunikasi, hal ini ditunjukkan oleh KSM-KSM Timun,
Melati Mekar, Delima, Usaha Bersama, Melati, dan Manggis Manis. Tipe jaringan
lingkaran pada KSM Tunas harapan menunjukkan bahwa hampir semua anggota KSM
mempunyai posisi yang sama dalam penyebaran informasi, tidak seorangpun anggota
jaringan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi anggota lainnya, umumnya anggota
hanya terhubung ke beberapa anggota lain.
KSM-KSM dengan jaringan tipe bintang cenderung memiliki
tipologi jaringan interlocking. Dalam
perspektif Rogers and Kinckaid (1981),
anggota jaringan ini saling terhubung, komunikasi bersifat dua arah dan timbal balik,
aliran informasi lebih banyak terjadi di antara sesama anggota klik. Dengan
demikian hubungan antar anggota dalam KSM Bunga Flamboyan, Mekarsari dan Baru
Mandiri menjadi lebih erat dan terintegrasi. Sementara KSM-KSM lainnya
teridentifikasi sebagai jaringan tipe radial.
Berbeda dengan
pendapat Rogers and Kincaid (1981) dan Setiawan (1989b) yang menyatakan bahwa
jaringan tipe interlocking merupakan
jaringan yang cenderung tertutup, KSM
Flamboyan menunjukkan hal sebaliknya,
dibandingkan semua KSM yang memiliki derajat keterbukaan rendah, bersama dengan
KSM Tunas Harapan, KSM Bunga Flamboyan
memiliki derajat keterbukaan yang
sedikit lebih tinggi. Bahkan keterhubungan antar KSM yang lebih tinggi dari KSM
lainnya juga ditunjukkan oleh KSM Bunga Flamboyan dan Mekarsari meskipun
keduanya memiliki tipologi jaringan interlocking.
Hal ini menunjukkan bahwa anggota KSM Bunga Flamboyan dan Mekarsari selain
memiliki hubungan yang integratif dengan sesama anggota tetapi juga menjalin
komunikasi yang baik dengan anggota KSM lainnya, sehingga aliran komunikasi dan
informasi mengenai PMU tidak hanya menyebar di dalam KSM tapi juga ke luar KSM.
Sementara, KSM Tunas Harapan yang memiliki tipe jaringan lingkaran dan tipologi
radial, derajat keterbukaan yang sedikit lebih tinggi pada KSM ini menguatkan
asumsi bahwa di dalam KSM tersebut semua anggota memiliki pengetahuan dan
informasi yang sama karena tidak ada otoritas informasi, sehingga sebagian besar anggota mencari informasi di
luar KSM.
Semua KSM yang teridentifikasi memiliki jaringan tipe bintang
sempurna dan interlocking menunjukkan
derajat kohesivitas tinggi, yaitu KSM-KSM Bunga Flamboyan, Mekarsari dan Baru
Mandiri. Sementara, KSM Melati Mekar
meskipun memiliki jaringan tipe bintang tidak sempurna dan radial namun
memiliki kohesivitas yang tinggi. Meskipun terdapat beberapa anggota tidak
terhubung satu sama lain dalam jaringan komunikasi, namun komunikasi penyebaran
informasi PMU antar anggota lainnya
sangat kohesif di dalam KSM Melati Mekar.
2.
Peran-peran dalam Jaringan Komunikasi PMU P2KP BKM Wonua
Morini
a.
Peran-peran dalam jaringan komunikasi dan status sosial
ekonomi
Bridge, kosmopolit, liaision dan opinion leaders merupakan peran-peran yang ada dalam jaringan
komunikasi. Tidak semua anggota jaringan
mempunyai peran, terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki untuk mengambil
peran tersebut, tidak saja terkait dengan hubungan komunikasi tapi juga status
sosial ekonomi. Menurut para ahli, kedudukan, jabatan dan status sosial ekonomi
banyak mempengaruhi seorang individu memilih dan terpilih memainkan suatu peran
dalam jaringan komunikasi (Rogers and Kincaid,1981; Schwarth (Goldhaber,1990);
Pool, 1973). Dalam hasil analisis
terungkap bahwa kedudukan dan status dalam kelompok maupun masyarakat umumnya
dimiliki oleh mereka yang berperan sebagai
bridge, liaision, kosmopolit,
dan opinion leaders. Misalnya peran bridge dan kosmopolit banyak diperankan oleh individu yang menjadi ketua dan
bendahara dalam KSM, hal ini disebabkan kedudukan sebagai ketua dan bendahara
dalam KSM, menjadikan individu memiliki kewajiban untuk mendapatkan informasi
yang benar dan lengkap mengenai Program PMU P2KP, karenanya ini mendorong untuk
mengakses semua sumber informasi, baik di KSM lain, maupun langsung kepada
sumber-sumber informasi di tingkat BKM dan fasilitator. Disamping adanya
kenyataan bahwa selama ini pada banyak KSM, hanya ketua dan bendahara yang
seringkali mengikuti rapat-rapat di tingkat kelurahan.
Sementara peran liaision
dan opinion leaders diperankan oleh
mereka yang mempunyai status sosial tinggi di masyarakat, misalnya tokoh
masyarakat, tokoh kepemudaan dan lain-lain. Setiawan (1989), menyebutkan bahwa opinion leaders adalah orang yang
berpengaruh dalam kelompok dan masyarakat. Opinion
leaders yang ditemukan dalam penelitian ini merupakan tokoh-tokoh
masyarakat yang selama ini aktif dan giat di BKM. Sedangkan terkait dengan liaision, temuan ini menguatkan
pandangan Schwarth yang menyatakan
bahwa mereka yang berperan sebagai perantara adalah yang memiliki status sosial
paling tinggi di dalam masyarakat (Goldhaber, 1990), sebab liaision yang teridentifikasi merupakan tokoh masyarakat dan tokoh
pemuda di lingkungan Kelurahan Anggalomelai dan Kecamatan Abeli.
Sepertiga anggota jaringan informasi PMU P2KP tidak memiliki
peran dan kedudukan tetapi menjadi kosmopolit. Ketidakpuasan terhadap informasi
yang diterima dalam KSM dan keinginan untuk mendapatkan kepastian informasi
menjadi alasan-alasan yang dikemukakan untuk mencari informasi langsung ke BKM,
fasilitator dan lain-lain. Sementara faktor afiliasi dengan sumber informasi
juga dapat menjadi alasan seseorang dipilih menjadi bridge oleh anggota kelompoknya dan anggota kelompok yang lain.
Dengan demikian perspektif Baron et al.,
(2006) mengenai proses pengambilan peran dapat diterima, karena peran-peran
terkait struktural yang diberikan oleh orang lain dapat menjadikan individu
sebagai opinion leaders atau liaision, tapi peran-peran seperti bridge dan kosmopolit adalah peran yang secara non formal diambil
atau diberikan.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan peran
seseorang sebagai liaision,
kosmopolit dan opinion leaders. Di
dalam KSM, individu yang menjadi kosmopolit umumnya memiliki pendidikan yang
lebih tinggi. Hal ini terkait dengan kemampuannya dalam mendapatkan
informasi. Sementara pemilihan seorang
individu menjadi liaision dan opinion leaders juga didasarkan pada
tingkat pendidikan karena penguasaannya pada materi informasi dan kemampuannya
dalam menyampaikan informasi tersebut. Pada peran bridge, nampaknya pendidikan tidak terlalu berpengaruh namun
terdapat indikasi bahwa hanya anggota yang pernah mengenyam pendidikan yang
dapat memerankan sebagai bridge. Hal
ini terkait dengan kepercayaan anggota KSM-KSM yang cenderung lebih
memilih ketua dan bendahara KSM dari
individu-individu yang berpendidikan. Kedudukan
sebagai ketua dan bendahara serta merta menjadikan individu berperan
sebagai bridge.
Menurut Rogers (1983) opinion leaders adalah orang yang
memiliki kelas ekonomi lebih tinggi dari rata-rata orang yang berada di
sekitarnya atau para pengikutnya. Opinion
leaders dan liaision dalam
jaringan informasi Program PMU P2KP ini terdiri dari orang-orang yang memiliki
pekerjaan yang lebih baik dari rata-rata anggota KSM, misalnya lurah,
fasilitator senior, dan guru. Pandangan umum masyarakat menganggap pekerjaan
sebagai pegawai negeri atau pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintah
merupakan pekerjaan dengan kelas sosial yang tinggi. Hal ini berangkat dari pandangan
tradisional yang menganggap bahwa pekerjaan demikian, memungkinkan yang
bersangkutan untuk mengakses berbagai sumberdaya kekuasaan termasuk informasi
dan Program PMU P2KP.
Sementara individu
yang berperan menjadi bridge umumnya
bekerja sebagai pedagang, baik pedagang besar maupun pedagang kecil. Hal ini
terkait dengan karakteristik pekerjaan berdagang yang memungkinkan mereka untuk
berhubungan dengan banyak orang, dan mudah berkomunikasi baik dengan anggota
KSM sendiri maupun KSM lainnya. Sementara pada peran kosmopolit, pekerjaan yang
digeluti beragam tapi ditemukan bahwa anggota jaringan yang tidak memiliki
pekerjaan tidak berperan sebagai kosmopolit.
Individu yang berperan sebagai bridge dan opinion leaders
umumnya berusia muda, sehingga hal ini bertentangan dengan anggapan bahwa di
negara berkembang, usia tua merupakan salah satu faktor seseorang dipilih
menjadi opinion leaders, karena usia
tua berkaitan dengan pengalaman yang banyak (Setiawan, 1989). Tetapi Program
PMU P2KP adalah sebuah inovasi, dimana pendekatan manajemen yang diterapkan
baru, maka banyak di antara individu yang dibina untuk menjadi fasiltator dan
relawan adalah orang-orang yang berusia muda. Fasilitator dan relawan inilah
yang kemudian banyak menjadi opinion leaders.
Dalam hal bridge, anggota yang
berusia tua, cenderung memberikan kepercayaan kepada anggota yang berusia muda
untuk mengelola informasi dan program karena banyak di antara mereka tidak
pernah bersekolah, sehingga dari sepuluh
KSM hanya satu yang memiliki ketua KSM dengan usia tua.
Sementara perempuan lebih banyak menjadi bridge. Pergaulan sosial yang luas dari anggota KSM yang berjenis
kelamin perempuan, menyebabkan mereka mudah menjadi bridge. Tidak seperti anggota laki-laki yang kurang menggunakan waktu
untuk kegiatan sosial, karena lebih banyak digunakan untuk kerja.
Alasan laki-laki lebih banyak dipilih sebagai opinion leaders lebih karena alasan
psikologis, dimana laki-laki yang menjadi opinion
leaders lebih persuasif, komunikatif dan mudah untuk dimintai informasi,
pendapat, dan saran oleh anggota-anggota KSM.
b. Kesenjangan antara Peran Opinion Leaders yang dimainkan dan yang
diharapkan Masyarakat
Berbagai peran dalam proses penyebaran informasi dapat
dilakukan oleh opinion leaders. Tapi
peran-peran yang eksis seringkali dominan pada peran tertentu, yang biasanya
dipengaruhi oleh motif dalam menyampaikan pesan. Peran-peran komunikasi yang
dimainkan oleh opinion leaders dalam Program PMU P2KP ternyata lebih dominan
sebagai motivator. Content pesan dan
informasi yang diberikan lebih banyak untuk mengarahkan dan mendorong
masyarakat agar ikut serta dalam program tersebut dan memotivasi untuk
mengembalikan dana pinjaman tepat waktu. Peran kedua yang juga banyak
dijalankan adalah peran sebagai komunikator dan konsulen.
Sementara, anggota-anggota KSM juga memiliki harapan yang
berbeda mengenai peran yang dimainkan
oleh opinion leaders. Dari
hasil survai ditemukan bahwa 37,5%
anggota KSM-KSM lebih menginginkan apabila opinion leaders berperan sebagai komunikator. Dengan demikian,
masyarakat menjadi mudah untuk mengakses dan
mendapatkan semua informasi mengenai program dengan jelas. Kemudian
peran kedua yang sangat diharapkan adalah fasilitator 23,21%, sebab selama
pelaksanaan program, anggota-anggota KSM merasa pendampingan dan fasilitasi
yang didapatkan sangat kurang. Proses belajar bersama dengan masyarakat jarang
dilakukan, sehingga peningkatan pengetahuan masyarakat sangat minim. Peran
ketiga adalah motivator dan mediator masing-masing 12,5%. Terkait dengan peran
mediator, anggota KSM mengharapkan opinion
leaders dapat memediasi mereka dalam berhubungan dengan instansi
pemerintah, lembaga keuangan, dan pasar.
Dengan instansi pemerintah, anggota mengharapkan adanya bimbingan teknis
mengenai hal-hal berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan
dengan pekerjaan. Dengan lembaga keuangan, anggota KSM mengharapkan akses untuk
mendapatkan bantuan modal usaha yang lebih besar. Dan dengan pasar, anggota
berharap dapat memasarkan barang dagangannya.
Dari hasil observasi diketahui bahwa sosialisasi informasi
Program PMU P2KP di lakukan melalui forum resmi seperti rapat dan pertemuan di
kelurahan dengan sumber informasi pengurus BKM, fasilitator dan lurah yang
berperan sebagai opinion leaders dan liaision. Sementara sosialisasi
informasi melalui forum tidak resmi dilakukan melalui diskusi informal antara
relawan yang berperan sebagai opinion leaders
dengan anggota-anggota KSM yang berperan sebagai bridge dan kosmopolit. Di
tingkat KSM, sosialisasi dilakukan antar anggota KSM dalam kegiatan arisan KSM,
arisan dasa wisma, dan majelis taklim.
Komunikasi yang terjadi dalam
penyebaran informasi PMU-P2KP meskipun bersifat dialogis, namun arahnya
bersifat vertikal dan horizontal.
Penyebaran informasi masih bersifat top-down, dari opinion leaders dan liaision
kepada anggota yang berperan sebagai bridge
dan kosmopolit. Meskipun demikian,
walau tidak semua namun, beberapa KSM menunjukkan penyebaran infromasi dapat
terjadi antara satu KSM dan KSM lainnya melalui pertukaran informasi. Tetapi
arus komunikasi horizontal sangat baik terjadi antara anggota KSM, utamanya
yang memiliki tipologi jaringan interlocking
dan tipe jaringan bintang.
KESIMPULAN
Dengan mencermati hasil analisis dan pembahasan mengenai
jaringan komunikasi program PMU P2KP, maka dapat diperoleh kesimpulan:
1.
Struktur
Jaringan Komunikasi PMU P2KP BKM Wonua Morini sebagai berikut:
a.
KSM yang memiliki
kohesifitas tinggi umumnya adalah KSM yang berhasil dengan memiliki integrasi
dan keterhubungan antar anggota KSM yang tinggi, serta memiliki keterbukaan
yang tinggi dan keterhubungan antar KSM yang luas dibanding KSM lainnya.
b.
komunikasi antar anggota
dalam KSM belum semuanya berlangsung secara diadik dan timbal balik, meskipun
komunikasi cenderung terbuka namun tidak semua anggota KSM berpartisipasi dalam
komunikasi.
2.
Peran-peran
dalam Jaringan Komunikasi PMU P2KP BKM Wonua Morini sebagai berikut:
a.
Penyebaran informasi PMU P2KP
kurang optimal, utamanya diseminasi informasi antar KSM. Hal ini ditandai
dengan masih banyaknya KSM yang tidak memiliki bridge.
b.
Pemeran bridge, opinion leaders,
dan liaision umumnya memiliki kedudukan sosial yang tinggi dalam masyarakat dan
kelompoknya, berpendidikan lebih tinggi, dan mempunyai pekerjaan yang lebih
baik.
c.
Peran kosmopolit tidak hanya
diperankan oleh individu yang memiliki jabatan dan kedudukan dalam kelompok dan
berlatar belakang pendidikan tinggi, tapi juga anggota KSM umumnya, hal ini
didorong oleh adanya kesenjangan informasi di dalam KSM.
d.
Jumlah laki-laki yang lebih
banyak memiliki kedudukan sosial yang lebih tinggi dalam masyarakat menyebabkan
banyak diantaranya yang menjadi opinion leaders dan liaision. Sementara,
perempuan yang lebih aktif di kegiatan kelompok, lebih banyak yang menjadi
bridge.
e.
Anggota KSM mengharapkan
pengurus BKM sebagai opinion leaders meningkatkan
fungsi perannya sebagai komunikator, fasilitator dan mediator, sehingga dapat
memberikan informasi yang lengkap, memfasilitasi kebutuhan dan kepentingan KSM,
serta banyak melakukan mediasi antara KSM dengan external stakeholder, yang selama ini dianggap kurang dilaksanakan
oleh BKM.
Berbeda
dengan teori yang disampaikan oleh Rogers and Kincaid (1981) mengenai jaringan interlocking, dalam penelitian ini
komunikasi antar anggota yang sangat intensif di dalam KSM yang bertipologi jaringan
interlocking dan bertipe jaringan
bintang, tidak menyebabkan anggota tertutup dalam menerima dan memberikan
informasi. Bahkan KSM-KSM tersebut sangat kosmopolit karena lebih terbuka dalam
menerima informasi dari berbagai sumber informasi dan terhubung dengan KSM-KSM
yang lain. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu peran bridge dalam KSM tidak optimal dan informasi yang diberikan kurang
lengkap sebagai penyebar informasi PMU sehingga banyak di antara anggota KSM
yang mencari informasi dari sumber-sumber informasi di luar KSM; dan keinginan
anggota KSM untuk melakukan konfirmasi atas informasi yang diterima di dalam
KSM untuk mendapatkan kepastian.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2005. Pedoman Umum P2KP-3,
Edisi Oktober 2005. Jakarta: Direktorat Jenderal Perumahan dan
Pemukiman. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. www.p2kp.org/home diakses
07/04/09
Anggraini,
Dewi 2006. Pelaksanaan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan terhadap
Masyarakat Pemukiman Kumuh Kelurahan Lapulu Kecamatan Abeli Kota Kendari. Makassar:
Tesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
Baron, R. A., D. Byrne, and N.R. Branscombe. 2006. Social Psychology. Eleventh
Edition. International Edition. New York: Pearson
Devito,
Joseph A. 1997. Komunikasi Antar Manusia: Kuliah Dasar. Edisi Ke-5. Jakarta: Professional
Books
Goldhaber, Gerald M. 1990. Organisational Communication.
Iowa Wn: Brown Publisher.
Pool, Ithiel de Sola. 1973. Communication Sistem. Dalam
Ithiel de Sola Pool and Wilbur Schramm. Hand book of Communication. Chicago:
Rand Mc Nally College Publishing Company
Rogers. Everett M. and Kinckaid
Lawrence. 1981. Communication Network: Toward A New Paradigm For Research. New
York: Free Press
Rogers, Everett. M. 1983. Diffusion of Innovation .
Third Edition. New York: The Free Press- A Division of Macmillan Inc.
Setiawan, B. 1989a. Pelapisan
Sosial dan Jaringan Komunikasi (Penelitian di Desa Senik Kelurahan Bumirejo
Kecamatan Lendah Kabupaten Kulon Progo DIY). Yogyakarta: Disertasi Sekolah
Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
--------------. 1989b. Metode
Analisis jaringan Komunikasi: Seri Metodologi Penelitian. Yogykarta: Seksi
Penerbitan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UGM
Suryabrata,S.
1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta: Andi Offset
Tashakkori, Abbas and Charles
Teddlie. 1998. Mixed Methodology: Combining Qualitative and Quantitative
Approaches. Applied Social Research Methods Series. Thousand Oaks-London-New
Delhi: Sage Publication
Widarti, Surati Rini. 2008.Penguatan Kelembagaan Masyarakat
dalam Pengentasan Kemiskinan (Studi Peran BKM dalam Pelaksanaan P2KP dan PNPM
di Kelurahan Demangan Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta) Yogyakarta: Tesis
Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Gadjah Mada